Jumat, 21 September 2012

TULADHA GEGURITAN


Katresnan

Aris Wahyudin, S.Pd. *)


Aku ora ngerti
Aku durung ngerti
Kabeh mau durung ngerti
Sapa ingsun
Sapa ingsun
Nalika lintang panjer ana ing wayah ratri
Kang bagaskara ana ing sisih wetan
Jumedhul saka cipta lan karsane gusthi
Aku durung ngerti
Saben unjal napas
Tyas iki uga durung ngerti, apa lan apa
Ingsun dudu Bathara,
Dudu Kurusetra, dudu Pandhawa, dudu Nabi
Uga dudu Malekat,….
Ingsun namung jalma
Jalma kang bisa gawe luput
Ingsun dudu Sosialis
Dudu Komunis, dudu liberalis, uga dudu faundamentalis
Ingsun namung jalma kang akeh luput
Luput marang sapadha-padha
Ingsun pengen urip kang kebak katresnan
Ayuh padha sinandhing ana ing bebrayan
Kang rukun lan sentosa
Aja gawe manah iki kuciwa
Nek ora,….
Aja salahke ingsun.


Lereng Slamet, 19 Januari 2012
Nalika nunggu bedhug isyak mungel.
*) kanca sinau mapel basa Jawa SMA N 1 Bobotsari, Purbalingga

FILSAFAT DIBALIK TEMBANG MACAPAT


1.    Maskumambang
Adalah gambaran dimana manusia masih di alam ruh, yang kemudian ditanamkan dalam rahim/ gua garba ibu kita. Dimana pada waktu di alam ruh ini Allah SWT telah bertanya pada ruh-ruh kita: “Alastu Bi Robbikum”, “Bukankah AKU ini Tuhanmu”, dan pada waktu itu ruh-ruh kita telah menjawabnya: “Qoolu Balaa Sahidna”, “Benar (Yaa Allah Engkau adalah Tuhan kami) dan kami semua menjadi saksinya”.
2. Mijil
Merupakan ilustrasi dari proses kelahiran manusia, mijil/mbrojol/mencolot dan keluarlah jabang bayi bernama manusia. Ada yang mbrojol di India, ada yang di China, di Afrika, di Eropa, di Amerika dst. Maka beruntunglah kita lahir di bumi pertiwi yang konon katanya Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta Raharjo Lir Saka Sambikala. Dan bukan terlahir di Somalia, Etiopia atau negara-negara bergizi buruk lainnya.
3.Sinom.
Adalah lukisan dari masa muda, masa yang indah, penuh dengan harapan dan angan-angan.
4. Kinanthi.
Masa pembentukan jatidiri dan meniti jalan menuju cita-cita. Kinanti berasal dari kata kanthi atau tuntun yang bermakna bahwa kita membutuhkan tuntunan atau jalan yang benar agar cita-cita kita bisa terwujud. Misalnya belajar dan menuntut ilmu secara sungguh-sungguh.”Apa yang akan kita petik esok hari adalah apa yang kita tanam hari ini”.
“In Ahsantum, Ahsantum ILaikum, Walain Asa’tum Falahaa”, “Jika kamu berbuat kebajikan maka kebajikan itu akan kembali padamu, tapi jika kamu berbuat jahat itu akan kembali padamu juga”.
5. Asmarandana.
Menggambarkan masa-masa dirundung asmara, dimabuk cinta, ditenggelamkan dalam lautan kasih. Asmara artinya cinta, dan Cinta adalah ketulusan hati, meminjam istilahnya kang Ebiet G.Ade dalam lagunya: “ Cinta Yang Kuberi Setulus Hatiku Entah Apa Yang Kuterima Aku Tak Peduli”. Cinta adalah anugerah terindah dari Gusti Allah dan bagian dari tanda-tanda keAgungan-Nya. “…..Waja’alna Bainakum Mawwaddah Wa Rahmah, Inna Fi Dzaalika La’aayatil Liqoumi Yatafakkaruun”. “…Dan Kujadikan diantara kalian Cinta dan Kasih Sayang, sesungguhnya didalamnya merupakan tanda-tanda(Ke-Agungan-Ku) bagi kaum yang berfikir”.

6. Gambuh.
Awal kata gambuh adalah jumbuh / bersatu yang artinya komitmen untuk menyatukan cinta dalam satu biduk rumah tangga. Dan inti dari kehidupan berumah tangga itu yaitu: “ Hunna Li Baasulakum, Wa Antum Libaasu Lahun”, “Istri-istrimu itu merupakan pakaian bagimu, dan kamu adalah merupakan pakaian baginya”. Lumrahnya fungsi pakaian adalah untuk menutupi aurat, untuk melindungi dari panas dan dingin.Dalam berumah tangga seharusnya saling menjaga, melindungi dan mengayomi satu sama lain, agar biduk rumah tangga menjadi harmonis dan sakinah dalam naungan Ridlo-Nya.
7. Dhandhanggula.
Gambaran dari kehidupan yang telah mencapai tahap kemapanan sosial, kesejahteraan telah tercapai, cukup sandang, papan dan pangan (serta tentunya terbebas dari hutang piutang). Kurangi Keinginan Agar Terjauh Dari Hutang, sebab kata Iwan Fals: “ Keinginan adalah sumber penderitaan ”.Hidup bahagia itu kuncinya adalah rasa syukur, yakni selalu bersyukur atas rezeki yang di anugerahkan Allah SWT kepada kita.
8. Durma.
Sebagai wujud dari rasa syukur kita kepada Allah maka kita harus sering berderma, durma berasal dari kata darma / sedekah berbagi kepada sesama. Dengan berderma kita tingkatkan empati sosial kita kepada saudara-saudara kita yang kekurangan, mengulurkan tangan berbagi kebahagiaan, dan meningkatkan kepekaan jiwa dan kepedulian kita terhadap kondisi-kondisi masyarakat disekitar kita. “Barangsiapa mau meringankan beban penderitaan saudaranya sewaktu didunia, maka Allah akan meringankan bebannya sewaktu di Akirat kelak”.
9. Pangkur.
Pangkur atau mungkur artinya menyingkirkan hawa nafsu angkara murka, nafsu negatif yang menggerogoti jiwa kita. Menyingkirkan nafsu-nafsu angkara murka, memerlukan riyadhah / upaya yang sungguh-sungguh, dan khususnya di bulan Ramadhan ini mari kita gembleng hati kita agar bisa meminimalisasi serta mereduksi nafsu-nafsu angkara yang telah mengotori dinding-dinding kalbu kita.
10. Megatruh
Megatruh atau megat roh berarti terpisahnya nyawa dari jasad kita, terlepasnya Ruh / Nyawa menuju keabadian (entah itu keabadian yang Indah di Surga, atau keabadian yang Celaka yaitu di Neraka).“Kullu Nafsin Dzaaiqotul Maut“, “Setiap Jiwa Pasti Akan Mati“.“ Kullu Man Alaiha Faan“,“Setiap Manusia Pasti Binasa“. Akankah kita akan menjumpai Kematian Yang Indah (Husnul Qootimah) ataukah sebaliknya ? Seperti kematian Pujangga kita WS Rendra, disaat bulan sedang bundar-bundarnya (bulan Purnama) ditengah malam bulan Sya’ban tepat pada tanggal 6 Agustus atau tanggal 15 Sya’ban (Nisfu Sya’ban). Diatas ranjang kematiannya, menjelang saat-saat Sakratul Mautnya dia bersyair: “Aku ingin kembali pada jalan alam, “Aku ingin meningkatkan pengabdian pada Allah, “Tuhan aku cinta pada-Mu”

11. Pocung (Pocong / dibungkus kain mori putih)
Manakala yang tertinggal hanyalah jasad belaka, dibungkus dalam balutan kain kafan / mori putih, diusung dipanggul laksana raja-raja, itulah prosesi penguburan jasad kita menuju liang lahat, rumah terakhir kita didunia. “Innaka Mayyitun Wainnahum Mayyituuna“, “Sesungguhnya kamu itu akan mati dan mereka juga akan mati”.

Senin, 16 Juli 2012

Tuladha Sesorah

Assalamualaikum Wr. Wb.
Nuwun, keparenga kula matur,
          Bapak Kepala Desa Tegalsari, Bapak-Bapak Perangkat Desa Tegalsari, para Bapak/ Ibu Pimpinan punapa dene Anggota BPD, para Bapak Ketua RW miwah RT, sesepuh, tokoh masyarakat, para kadang mudha Karang Taruna Tunas Mekar Tegalsari, miwah para rawuh sadaya ingkang tansah kula kurmati.
          Puji syukur sesarengan kita konjukaken dhumateng Gusti Allah SWT ingkang sampun paring nugraha agung angempalaken kita sedaya winengku ing suka basuki ing Balai Desa Tegalsari dalu punika. Keparenga Pengurus Karang Taruna Tunas Mekar angaturaken sugeng rawuh katur panjenengan, dene panjenengan kasdu angrawuhi Pentas Seni Karang Taruna Tunas Mekar mengeti ambal warsa kamardikan RI ingkang kaping 65, Selasa Pahing 17 Agustus 2010.
Ngaturaken agunging panuwun dhumateng panjengan sadaya, dene panjengan sampun paring kawigatosan, eguh pratikel, bandha beya murih kasembadaning adicara ing dalu punika. Mugi Gusti ingkang Maha Paring Piwales kepareng paring lintu ingkang matikel awit sih kadarman panjenengan sadaya.
          Para rawuh, kasembading adicara dalu punika awit saking peparing sih nugrahaning Gusti Ingkang Maha Kuwaos miwah jumbuhing cipta, rasa, dalah karsa para warga bebrayan ing Tegalsari.
         Sekedhap malih, para mudha minangka dutaning seni saking saben RW badhe ngetingalaken kasagedanipun. Ing antawisipun nabuh gangsa, mbeksa, maos geguritan, nyekar macapat, musik campur sari punapa dene slow rock. Ingkang salajengipun panacad miwah pangalembana kula sumanggakaken wonten ngarsa panjengan sadaya.
          Kita sadaya nggadhahi ancas supados adicara punika dados sarana kiprah ingkang sakalangkung prayogi kangge tangsul murih raket sarta guyub rukunipun warga Tegalsari, miwah kangge nranggulangi para mudha saking sesrawungan ingkang mbebayani, sampun ngantos gampil kepleset dhateng miras lan narkoba.
     Wasananing atur, sadaya kalepatan miwah samukawis ingkang boten damel sarjuning panggalih, kula minangka pengawakipun para kadang Karang Taruna Mekar Tegalsari nyuwun agunging samudra pangaksami.
          Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kamis, 12 Juli 2012

Filosofi Sesajen di Jawa


 
image
SESAJEN merupakan sebuah keharusan yang pasti ada dalam setiap acara bagi orang yamg masih teguh memegang adat Jawa. Penyebutan sesajen biasanya bermacam-macam, ada yang di sebut dengan Dang Ayu dan ada yang disebut dengan Cok Bakal. Namun pada dasarnya inti dan tujuannya sama.
Banyak orang yang mengartikan sesajen mengandung arti pemberian sesajian-sesajian sebagai tanda penghormatan atau rasa syukur terhadap semua yang terjadi dimasyarakat sesuai bisikan ghaib yang berasal dari paranormal atau tetuah-tetuah. Sehingga warisan budaya Hindu dan Budha ini dianggap sebagai suatu kemusyrikan. Sebelum menilai demikian, ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu arti simbol-simbol atau siloka kearifan lokal ini.
1. Padi, gabah, beras, dan nasi (tumpeng): melambangkan ketuntasan dan kesempurnaan. Artinya, jika melakukan sesuatu harus dengan tuntas dan tidak setengah-setengah. Sedangkan tumpeng berasal dari kata tumungkulo sing mempeng, artinya jika kita ingin selamat, hendaknya kita selalu rajin beribadah.
2. Urap: artinya jika selama hidup harus mempunyai arti bagi sesama, lingkungan, agama, bangsa dan negara. Bisa diartikan bahwa, dalam bermasyarakat harus bisa berbaur dengan siapa saja agar hidup tentram.
3. Bubur panca warna: bubur beras merah, ketan hitam, bubur jagung, ketan putih, kacang hijau. Ditempatkan di empat penjuru mata angin, satu di tengah. Melambangkan elemen alam (air, api, udara, tanah, dan angkasa)
4. Jajanan pasar: menggambarkan kerukunan walaupun ada perbedaan, tenggang rasa.
5. Pisang raja gandeng: pisang raja menyimbolkan agar cita-cita kita senantiasa luhur, sehingga dapat membangun bangsa dan negara.
6. Ayam ingkung: melambangkan pengorbanan selama hidup, cinta kasih terhadap sesama juga melambangkan hasil bumi (hewan darat)
7. Ikan bandeng atau ikan asin (berduri banyak): melambangkan rejeki berlimpah, ikan teri (yang hidupnya bergerombol) melambangkan kerukunan
8. Telur: melambangkan asal mula kehidupan yang selalu berasa dari dua sisi yang berlainan seperti warna telur kuning putih, di antaranya laki-perempuan, siang-malam, dll.
9. Air di gelas dan bunga: melambangkan air minum yang menjadi kebutuhan hidup manusia
10. Kopi pahit: melambangkan elemen air namun bukan suatu minuman pokok (kebutuhan sekunder), dan menjadi minuman persaudaraan bila ada perkumpulan/pertemuan.

Sumber: http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/kejawen/2012/02/18/568/Filosofi-Isi-Sesajen 

Tuladha Wara-Wara

SMA NEGERI 1 TANJUNGPURA
No. 21/3.b/OSIS/2012

          Kanggo mahargya pengetan Pertempuran 5 Hari di semarang, OSIS bakal nganakake lomba maca cerkak. Lomba bakal dianakake ing :
Dina               : Setu
Titi mangsa     : 14 Oktober 2012
Papan            : Aula SMA NEGERI 1 TANJUNGPURA
Tabuh            : 08.00 WIB
          Kabeh kelas kudu ngirimake wakile ing lomba kasebut.
Kanggo para siswa kang wis ngerti wara-wara iki, supaya gethuk tular marang para siswa liyane.
                                                                
                                                                 Sukareja, 1 Oktober 2012
                                                                 Kepala SMA Negeri 1 Tanjungpura



                                                                 Prabakara Kurniawan, S.Pd., M.Pd.
                                                                 NIP. 19701102 199401 1 023